Waktu malam tiba, kakekku bercerita padaku :
    Disebuah desa, hiduplah seorang janda tua bersama anak laki-lakinya yang bernama Geo. Dia sangat pemalas, tidak suka membantu Ibunya mencari kayu bakar di hutan. Ibunya sedih melihat kelakuan anaknya itu. Selain pemalas dia juga suka mencuri.
    Pada suatu hari, ketika janda tua sedang mencari kayu bakar, Geo diam-diam mengambil uang Ibunya yang disimpan di bawah kasur. Ketika selesai mencari kayu bakar, janda tua itu ingin mengambil uangnya untuk dibelikan makanan. Alangkah terkejutnya dia  ketika melihat uangnya sudah tidak ada. Diatahu, bahwa Geo lah yang mengambil uangnya. Padahal itu uang terakhir  yang ia punya.
    Semenjak kejadian itu, janda tua yang merupakan ibu Geo menjadi sering sakit-sakitan. Geo tidak peduli akan keadaan ibunya. Geo malah asyik menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Ketika uangnya habis, dia bingung harus mencari uang dimana. Tanpa fikir panjang, Geo bertekad untuk mencuri.
    Seperti biasa setiap hari jumat, kaum muslim laki-laki pergi kemasjid untuk melaksanakan solat jumat. Pada saat mereka solat, Geo diam-diam mengambil kotak amal yang ada dimasjid  itu. Sudah tiga kali dia mengambil kotak amal dimasjid itu.
    Ketika selesai solat jumat, penjaga masjid terheran-heran ketika mengetahui bahwa kotak amalnya sudah hilang lagi. Para jamaah menjadi geregetan dengan kejadiaan ini. Lalu mereka merencanakan sesuatu, untuk mengetahui dan menangkap siapa  yang mencuri kotak amal itu. Hari pun berlalu begitu cepat, sampai hari jumat pun dating lagi. Ketika solat jumat dimulai, penjaga masjid yang di temani oleh empat orang jamaah lain nya yang telah bersembunyi ditempat persembunyiaan nya untuk mengintai sipencuri. Ternyata Geo mengulanginya lagi, kali ini dia membawa senjata tajam. Dia diam-diam datang menyelinap dan mengambil kotak amal itu. Tetapi kali ini Geo tidak beruntung, Geo tertangkap basah saat sedang mengambil kotak amal. Geo panic dan dia membunuh salah satu orang diantara mereka. Kemudian, warga lain pun tambah marah dan akhirnya menangkap Geo dan dibawa kepersidangan. Setelah disidang, dia mendapatkan hukuman mati yang akan dilaksanakan besok siang di tengah lapangan pukul 12.00 tepat lonceng jam besar berbunyi . . . . ( teng . . .teng . . .teng . . )
    Beritaini pun menyebar dan menyebar hingga sampai ketelinga ibunya. Alangkah kaget ibunya mendengar berita tersebut. Lalu, ibunya pun datang kepersidangan dengan meneteskan air mata. Agar hukuman anaknya itu dibebaskan, tetapi keputusan itu sudah dibuat dan mau tidak mau, hukuman itu tetap harus berjalan dan dilaksanakan.
    Malam harinya, ibu Geo bangun untuk solat tahajud. Dia menangis untuk meminta kepada yang  Maha Kuasa, agar dosanya dan dosa anaknya itu di ampuni. Pagi pun tiba, dan tidak terasa hari sudah menjelang siang. Di lapangan sudah banyak orang untuk menyaksikan Geo yang akan di hokum mati. Dia pasrah akan nasibnya itu.
              Jam telah menunjukan pukul 12.00. Tetapi lonceng jam besar itu belum berbunyi juga. Mereka terheran, tidak biasanya jam tidak berbunyi tepat pada waktunya. Jam sudah menunjukkan pukul 13.10. Geo pun senang akan hal itu, dia tidak jadi dihukum mati. Tiba-tiba dari jam besar tersebut mengalir darah yang masih segar. Orang yang menyaksikan itu pun menjadi takut dan terheran-heran.  Penjaga masjid pun naik untuk memeriksa jam dinding besart ersebut. Alangkah kagetnya sipenjaga masjid ketika melihat seorang wanita tua berada dijam besar dengan keadaan kepala terjepit yang mengakibatkan jam tidak bisa berbunyi. Penjaga masjid pun berteriak dan meminta tolong agar warga membantu mengeluarkan wanita tua itu.
    Alangkah terkejutnya Geo  ketika mengetahui bahwa wanita yang terjepit itu adalah ibunya. Dia menangis menjadi-jadi. Geo menyesal telah jahat dan durhaka kepada ibunya. Geo menyesali semuanya dan akhirnya diasadar betapa sayang sang ibu kepada dirinya. Geo ingin meminta maaf tetapi kata maaf itu sudah terlambat.
    Ternyata selesai solat tahajud, janda tua itu berjalan menuju lapangan dan dia bersusah payah naik agar sampai kejam dinding besar itu, tanpa diketahui oleh seorang pun. Didalam jam besar itu, ibu Geo berdoa agar anaknya nanti bisa merubah kelakuannya, menjadi anak baik dan tidak menyusahkan orang disekelilingnya Setelah melihat dan menyaksikan hal ini. Karena janda tua itu sangat sayang kepada anaknya. Walaupun anaknya sudah banyak menyakitihati nya, ibu Geo tetap sayang ! ! ! !
Selesai. . . .

Ketika mendengar cerita dari kakekku tadi, aku jadi tambah sayang kepada ibuku. Karena ibulah yang telah banyak berjasa padaku. . . . .

Kudus. Minggu 28 Oktober 2012
Karya, Wida Hasri Yuliani
Kelas _X2


0 comments to "Pengorbanan seorang Ibu"

Post a Comment